Keragaman Morfologi dan Bobot Badan Itik Magelang Sebagai Indikator Potensi Produksi Daging
Abstract
Itik Magelang memiliki peran penting sebagai sumber daya genetik unggas lokal dengan potensi pengembangan sebagai itik pedaging. Namun, informasi mengenai keragaman morfologi populasinya masih terbatas, sehingga diperlukan kajian morfometrik sebagai dasar seleksi dan perbaikan mutu genetik. Penelitian ini bertujuan menganalisis keragaman morfologi Itik Magelang dewasa (24 minggu) yang dipelihara secara semi-intensif di Desa Sempu, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Sebanyak 100 ekor itik betina diukur parameter morfometriknya, meliputi bobot badan (BB), panjang badan (PB), lingkar dada (LD), panjang leher (PL), panjang paruh (PP), panjang kalung leher (PKL), panjang sayap (PS), panjang kaki (PK), panjang jari tengah (PJT), dan suhu tubuh (ST). Analisis menggunakan statistik deskriptif, koefisien variasi (CV), dan korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan keragaman rendah pada sebagian besar parameter (CV 0,41–4,77%), kecuali PKL yang memiliki keragaman sedang (CV 8,79%). Nilai rata-rata BB, PB, dan LD masing-masing adalah 1,59 ± 0,06 kg; 34,27 ± 0,66 cm; dan 33,48 ± 0,32 cm. Korelasi signifikan ditemukan antara BB dan LD (r=0,435**), BB dan PB (r=0,334*), serta BB dan PL (r=–0,619*). Disimpulkan bahwa populasi Itik Magelang cukup homogen secara morfometrik, dengan LD dan PB sebagai indikator potensial untuk seleksi peningkatan produksi daging. Temuan ini mendukung penerapan strategi seleksi berbasis morfologi dalam pengembangan itik pedaging unggul lokal.
Downloads
References
Clifton, G. T., Carr, J. A., & Biewener, A. A. (2018). Comparative hindlimb myology of foot-propelled swimming birds. Journal of Anatomy, 232(1), 105–123.
Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Magelang. 2015. Potensi Peternakan dan Perikanan di Kabupaten Magelang. Magelang.
Ditjennak, 2017. Data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2017. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta.
Herman, A., Suryahadi, A., & Al Izzan, W. (2013). Fisiologi suhu tubuh pada unggas air di lingkungan tropis. Jurnal Veteriner Indonesia, 13(1), 45–52.
Ismoyowati, I. (2017). Karakteristik morfologi itik Tegal sebagai dasar seleksi genetik. Jurnal Peternakan Indonesia, 19(2), 112–120.
Kementrian Pertanian. 2013. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 701/Kpts/PD.410/2/2013 tentang Penetapan Rumpun Itik Magelang. Kementrian Pertanian. Jakarta.
Purwantini, D., Ismoyowati & Santosa, S.A. (2015). Pendugaan Nilai Heritabilitas Karakteristik Bobot dan Produksi Telur Itik Tegal. Prosiding Teknologi dan Agribisnis Peternakan untuk Akselerasi Pemenuhan Pangan Hewani (Seri III). ISBN 978-602-1004-09-8/2015/ 635-639.
Rahayu, A., Purwantini, D., Maharani, D., & Hartatik, T. (2015). Single nucleotide polymorphisms identification and genotyping analysis of melanocortin 1 receptor gene in various plumage colours Magelang Ducks. Int J Poult Sci. 14, 207-212.
Rahayu, A., B. Santoso., & N. A. Luthfiana. (2019). Identification of Magelang Ducks to Analyze Morphological Diversity in Ngadirojo Village, Secang District, Magelang Regency. JALSPRO 3(2), 179-185.DOI:10.31002/jalspro.v3i2.2034.
Rahayu, A., S. Ratnawati., R. W. Idayanti., B. Santoso., & N. A. Luthfiana. (2020). Pengaruh Pemeliharaan Intensif dan Semi Intensif pada Itik Magelang. JSPI 15 (4), 355-359.DOI:10.31186/jspi.id.15.4.355-359.
Rahayu, A., Ratnawati, S., Idayanti R.W., Santoso, B., & Luthfiana, N.A. (2020). Bobot Telur (BT), Haugh Unit (HU), Indeks Kuning Telur (IKT), dan Kekentalan Telur (KT) pada Itik Magelang di Dusun Sempu, Desa Ngadirojo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Seminar Naisonal Terapan 2020. 22 September 2020: 190- 195.
Rahayu, A. & Rahayu, T.P. (2020). Management of intensive and extensive Magelang duck maintenance in Secang District, Magelang Regency. Bul App Anim Res. 2, 38-43.
Rahayu, A, Ratnawati, S., Idayanti, R.W., Septian M.H., Santoso, B., & Luthfiana N.A. (2021). Phenotypic correlation of quantitative traits of Magelang ducks in Magelang District. JITRO. 8:98-103. DOI:10.33772/jitro.v8i2.12 567.
Rahayu, A., Ratnawati, S., Idayanti, R.W., Hartati, L., & Pramono P.B. (2022). Phenotypic characterization of the quantitative traits of Magelang Duck in Sempu Hamlet, Magelang Regency. KLS. p.440–446. DOI 10.18502/kls.v0i0.11829.
Rahman, M. A., Sarker, M. R., & Islam, M. S. (2015). Comparative study on body weight and some linear body measurements of native and exotic chicken breeds at different age classes. J of Anim Sci Adv, 5(12), 1128–1134.
Rasyaf, M. (2002). Ilmu pemeliharaan itik. Penebar Swadaya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RND. Alfabeta. Bandung..
Wulandari, D., Sunarno dan T.R. Saraswati. 2015. Perbedaan Somatometri Itik Tegal, Itik Magelang dan Itik Pengging. Jurnal Biologi, 4(3), 16-22.
Zainuddin, M., Soesilo, N. P., & Trijoko. (2018). Keragaman morfologi itik lokal (Tegal dan Alabio) berdasarkan analisis fenotipik. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 18(3), 150–158.
Zhou, J., et al. (2024). Optimizing Breeding Strategies for Pekin Ducks Using Genomic Selection. Applied Sciences, 15(1), 194.
Copyright (c) 2025 Ayu Rahayu, Budi Santoso, Nadia Ade Luthfiana, Muhammad Dima Iqbal Hamdani

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan dilisensikan di bawah Lisensi Internasional Atribusi Creative Commons 4.0.
Penulis yang menerbitkan dengan jurnal ini menyetujui ketentuan-ketentuan berikut:
-
Penulis mempertahankan hak cipta dan memberikan hak publikasi pertama kepada jurnal, dengan karya tersebut secara bersamaan dilisensikan di bawah Lisensi Atribusi Creative Commons yang mengizinkan orang lain untuk membagikan karya tersebut dengan pengakuan atas kepenulisan karya dan publikasi awal di jurnal ini.
-
Penulis dapat membuat perjanjian kontrak terpisah dan tambahan untuk distribusi non-eksklusif dari versi karya yang diterbitkan jurnal (misalnya, memuatnya ke repositori institusi atau menerbitkannya dalam buku), dengan pengakuan atas publikasi awalnya di jurnal ini.
-
Penulis diizinkan dan didorong untuk memuat karya mereka secara daring (misalnya, di repositori institusi atau di situs web mereka) sebelum dan selama proses pengajuan, karena hal ini dapat menghasilkan pertukaran yang produktif, serta kutipan yang lebih awal dan lebih banyak dari karya yang diterbitkan (Lihat The Effect of Open Access).








